Cinta, sebagaimana yang kita ketahui, merupakan satu bagian terpenting dalam perasaan manusia. Cinta merupakan refleksi hati yang dengannya seseorang cenderung dan tertarik kepada yang lain.
Realita yang terjadi dalam kehidupan ini memberitahukan kepada kita bahwa bila cinta telah tertambat dalam hati dua insan, maka pengaruh cinta tersebut dengan jelas akan mewarnai hubungan keduanya.
Tidak ada hari yang terlewat bagi keduanya, selain mengisinya dengan saling mengingat satu sama lain. Dalam hati mereka tumbuh perasaan selalu ingin melihat dan bertemu, selalu ingin berduaan, dan merasa nyaman bila berada di sampingnya. Bahkan jika ada yang mengusiknya, mereka akan menjadi sangat marah, cemburu dan lain sebagainya.
Orang yang telah dilanda mabuk asmara, tentu dia akan melakukan berbagai cara untuk mendekati orang yang dicintainya tersebut. Di antara hal yang dilakukannya adalah dia akan berusaha mendekati orang yang dekat dengan sang terkasihnya itu, serta menjauhi orang yang dijauhi oleh orang yang dicintainya tersebut. Dia juga akan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan kepadanya dengan perasaan senang dan semangat yang menggelora. Bahkan, dia juga rela berkorban demi orang yang dicintainya. Dia pun akan merasakan kebahagiaan yang begitu tinggi saat menerima hadiah dari sang kekasih meski hadiah tersebut tidak seberapa harganya.
Lalu, apa yang akan terjadi jika yang dicintai seseorang ini adalah Zat yang Mahaagung?
Apa yang akan dialami oleh orang tersebut, jika di dalam hatinya telah tertancap rasa cinta yang begitu tulus kepada Allah?
Tentu saja akan nampak pengaruh yang begitu dahsyat danagung dalam diri orang yang benar-benar mencintai Tuhan yang Mahasuci dan Luhur. Anda akan melihat orang ini selalu mengagungkan nama-Nya, merasa nyaman bila berada dekat dengan- Nya dan gelisah jika tidak bersama-Nya meski hanya sedetik. Orang ini lebih senang memilih menyendiri untuk bermunajat kepada-Nya, bersegera taat kepada-Nya, dan selalu mengerjakan apapun yang dapat membuat-Nya ridha. Dia juga akan selalu berusaha menjauhi larangan- larangan-Nya. Di samping itu, semua rasa kesal dan jengkel, bahagia, ataupun senang yang dirasakannya, dia serahkan hanya karena Allah, serta selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan-Nya. Dia juga rela berkorban untuk-Nya dengan segenap jiwa dan raga, menerima dengan ikhlas apa yang telah menjadi ketetapan-Nya, serta mencurahkan segala kemampuannya untuk berjuang demi tegaknya syariat-Nya dan selalu merasa rindu untuk melihat-Nya.
Detail Buku:
Judul: Aku Rindu pada Allah - Cara Mencintai dan Dicintai Allah
Judul Asli: Kaifa Nuhibbullah wa Nasytaqu ilaihi
DR. Majdi al-Hilali
Penerbit: Maghfirah Pustaka
ISBN: 978-979-1026-40-6
- All (214)
- Digital dan IT (25)
- ekonomi (1)
- Fotografi (3)
- G30SPKI (15)
- Grafik Design (12)
- Hacking (3)
- Islam (21)
- Manajemen (13)
- Militer (5)
- Motivasi (16)
- Novel (15)
- Pendidikan (20)
- Politik (42)
- Pramudya (9)
- Properti (4)
- Reformasi (4)
- Sastra dan Budaya (6)
- Sejarah (26)
- Soekarno (5)
- Suharto (4)
- Tan Malaka (4)
- Webbmaster (11)